Pontianak, Fisipnews – Rektor Untan, Prof.Dr.Thamrin Usman, DEA pimpin upacara peringatan hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di halaman Rektorat Universitas Tanjungpura Pontianak, seperti dilansir thetanjungpuratimes.com Senin (2/5) pagi.

Rektor Untan Ingatkan Semboyan: “Ing Ngarso Sing Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”

Kegiatan upacara ini juga sebagai tanda dimulainya kegiatan Dies Natalis Untan ke-57 yang diikuti oleh seluruh civitas Untan.

Menteri Riset dan Dikti RI Muhammad Nasir dalam sambutannya yang dibacakan oleh Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof.Dr.Thamrin Usman, DEA menyebutkan kalau tanggal 2 Mei yang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang pemikirannya menjadi benih bertumbuhnya pendidikan Indonesia.

Foto : Rektor Untan, Prof.Dr.Thamrin Usman DEA saat menyampaikan amanat Menristekdikti di peringatan Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5)/Tim

Prof.Dr.H.Tamrin Usman, DEA, Rektor Untan sedang membacakan teks pidato dalam peringatan Hardiknas 2016

“Ki Hajar Dewantara mengumandangkan pemikirannya tentang pendidikan Indonesia, yaitu Ing Ngarso Sing Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani, dan menerapkannya dalam sekolah Taman Siswa. Inisiatif tersebut menjadi awal bentuk reformasi pendidikan di Indonesia,” papar Rektor.

Jika Ki Hajar Dewantara berfokus pada pendidikan yang berbasiskan pada guru, maka kata Rektor, tokoh pendidikan Indonesia lainnya, yaitu Mohammad Syafei menggagas pendidikan keterampilan yang sarat dengan praktek melalui pendirian pusat pendidikan INS Kayu Tanam di Sumatera Barat, yang
kemudian menjadi dasar pengembangan sekolah vokasi dan kejuruan di Indonesia.

Thamrin mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh Moh. Syafei juga merupakan salah satu bentuk awal dari reformasi pendidikan di Indonesia.

“Hardiknas yang kita peringati bukan hanya untuk mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan seluruh pejuang pendidikan yang patut kita kenang dan hargai. Namun, juga untuk kita merefleksikan tentang beragam upaya yang telah dan sedang kita lakukan dalam menjalankan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia,” ucapnya.

Perjalanan tersebut, jelas Rektor menjadi tonggak untuk upaya selanjutnya dalam memberikan layanan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi putra putri bangsa, menciptakan SDM IPTEK Indonesia yang terampil, dan meningkatkan kapasitas penciptaan beragam inovasi dan teknologi berdaya saing industri, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.

Rektor Untan: “Ayo Kerja, Inovatif dan Kompetitif”.

“Maka HARDIKNAS kali ini kita peringati dengan tema “Ayo Kerja,
Inovatif dan Kompetitif”. Tema tersebut merupakan seruan bagi seluruh kalangan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk melakukan reformasi pendidikan tinggi, sebagaimana telah dimulai oleh Bapak Pendidikan kita. Reformasi pendidikan tinggi merupakan suatu keniscayaan pada saat ini,” katanya.

Dijelaskan Rektor bahwa reformasi pendidikan merupakan benteng, ketika menghadapi beragam tantangan luar biasa dalam skala lokal, nasional, maupun global.

“Melalui pendidikan tinggi, kita mempersiapkan SDM IPTEK yang akan bersaing dalam pasar kerja nasional maupun internasional, serta akan memenuhi beragam tempat kerja. Bagaimana mungkin
lulusan kita akan memiliki kompetensi untuk bekerja di abad 21,” ucapnya.

Dikatakannya, jika penyelenggaraan pendidikan tinggi Indonesia masih sama seperti abad 19 Juga, kehadiran teknologi informasi komunikasi dan jaringan, serta masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan menyebabkan perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak dapat ditawar lagi.

“Banyak pekerjaan yang perlu kita lakukan, yang pada dasarnya akan mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi kita- deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada siswa dan pangsa pasar, perubahan kurikulum, penyediaan dosen, guru besar, dan tenaga kependidikan yang profesional, pendidikan yang mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, model bisnis pendidikan yang baru, orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing, pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif, dan lain-lain. Untuk itu, “Ayo kita kerja bersama-sama. Hadirin sekalian, mari kita fokuskan kerja kita dalam reformasi pendidikan tinggi dengan cara-cara inovatif untuk menghasilkan beragam inovasi yang berdaya saing dari pendidikan tinggi kita. Sudah banyak ragam inovasi yang kita hasilkan dan kita banggakan,” katanya.

Ditambahkannya, pada tahun 2015 menurut World Economic Forum, indeks inovasi Indonesia mencapai 4,6 atau peringkat 30 dunia, sedangkan indeks inovasi pendidikan tinggi adalah 4,0 atau peringkat 60 dunia,  ini menunjukan masih perlu bekerja secara inovatif, sehingga bisa meningkatkan peringkat indeks inovasi pendidikan tinggi Indonesia di peringkat 56 pada tahun 2020.

Indeks ini menunjukkan bahwa masih banyak inovasi dan teknologi yang perlu kita hasilkan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Selanjutnya, globalisasi juga telah meningkatkan kompetisi di tingkat institusi, nasional dan internasional. Pada saat ini, indeks daya saing Indonesia yang diukur dari indikator “higher education and training” menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2015 Indonesia menduduki peringkat 60 dengan indeks daya saing 4,5, sementara pada tahun 2015-2016 peringkat Indonesia menjadi 65 dengan indeks daya saing yang sama 4,5.

“Artinya, ada lebih banyak negara lain yang mencapai indeks daya saing lebih baik dari Indonesia, sehingga peringkat Indonesia menurun. Hal ini tidak boleh kita biarkan begitu saja. Ayo kita kerja secara inovatif dan kompetitif untuk menghasilkan SDM IPTEK terampil serta inovasi dan teknologi yang berdaya saing sebagai tujuan utama pendidikan tinggi kita,” terangnya.

(Faisal/Dede)

 

Discover more from FISIP UNTAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading