Pontianak, Fisipnews – Akreditasi Jurnal Jadi Isyu Hangat Workshop APSSI. Diskusi alot terjadi dalam pembahasan komisi jurnal APSSI. Sebagian besar anggota komisi jurnal terlibat dalam argumentasi  konsep tentang bagaimana peranan APSSI didalam pengelolaan jurnal di lingkungan program studi sosiologi secara nasional. Dari diskursus yang berkembang, setidaknya isyu akreditasi dan jurnal elektronik menjadi trending topic yang hangat dibahas. Demikian atmosfer diskusi yang berlangsung dalam Workshop Nasional Pengelolaan Jurnal yang berjalan paralel dengan komisi-komisi lainnya pada Rabu 29 Oktober 2014, di hotel Santika Pontianak.

Akreditasi Jurnal  jadi Isu Hangat Workshop APSSI

Sebelumnya, ketua komisi workshop jurnal APSSI memberikan pengantar tentang beberapa alternatif strategi APSSI kedepan dalam pengelolaan jurnal bagi seluruh anggota asosiasi. Salah satunya adalah kemungkinan diintegrasikan kedalam sebuah wadah jurnal APSSI sehingga dari sisi point akreditasi dinilai lebih tinggi.

Berdasarkan standar akreditasi yang diatur didalam Perdirjen Dikti no 49/2011 bahwa point jurnal atas nama prodi adalah 0, jika perguruan tinggi adalah 1, sedangkan jika diatasnamakan asosiasi/profesi adalah 5. Manfaat lainnya, dari pola pengintegrasian ini adalah untuk mengatasi atau memberikan solusi konkrit bagi jurnal-jurnal prodi yang kesulitan didalam pemenuhan konten, penulis, mitra bestari dan wadah penerbitan jurnal terakreditasi di bidang sosiologi.

Hal ini juga diperkuat oleh keterangan narasumber Deris Stiawan seorang pakar dan praktisi yang berpengalaman didalam mengelola jurnal terakreditasi dan terindeks Scopus di jurnal internasional. Dia mengatakan bahwa sebaiknya APSSI mempunyai sistem jurnal yang mewadahi jurnal-jurnal anggotanya secara elektronis sebagaimana disyaratkan dalam revisi perdirjen 49/2011 dimana jurnal-jurnal cetak akan diarahkan untuk beralih bentuk menjadi jurnal elektronik (e-journal).

Senada dengan itu, Deni Darmawan dari utusan komisi jurnal FISIP Universitas Tanjungpura juga berpandangan bahwa berbagai problematika teknis dan non teknis pengelolaan jurnal seperti manajemen konten, penulis, mitra bestari dan percepatan akreditasi akan bisa terjawab dengan membangun portal jurnal agregator berbasis OJS (open journal system) kedalam satu domain yang dikelola APSSI. “Sistem ini menjadi perekat bagi berbagai jurnal sosiologi yang berbasis di kampus atau prodi, untuk bisa saling berbagi konten, penulis dan mitra bestari” kata praktisi OJS Untan ini.

Isyu menarik lainnya yang diangkat narasumber yang juga akademisi Unsri ini seperti daya saing artikel internasional yang jauh tertinggal dengan Malaysia, strategi indexing jurnal ke dalam scopus, berbagai crawler, agregator dan publisher yang bisa ditempuh dalam proses menuju jurnal internasional, kesemuanya dimungkinkan bila jurnal sudah dikembangkan secara elektronis berbasis ojs atau lainnya.

Menanggapi hal itu, seorang peserta mengkritisi bahwa ketertinggalan Indonesia sudah berlangsung lama lebih dari satu dasawarsa sejak 1997 hingga sekarang. Ini membuktikan bahwa kurang ada kepedulian dan keseriusan untuk meletakkan persoalan daya saing artikel jurnal Indonesia terhadap Malaysia pada level yang lebih krusial.

Dorongan produktivitas jurnal masih didasari kepentingan-kepentingan pragmatis seperti kenaikan pangkat, penyelesaian studi, dan sejenisnya. Berarti ada tantangan kultural dan struktural yang sangat besar disini, yakni secara kultural komunitas ilmiah harus segera bangkit untuk mengedepankan kiprah, karya dan prestasinya didalam menulis artikel ilmiah hingga ke level internasional. Karenanya gairah menulis dan meneliti serta daya adaptasi kedalam sistem jurnal elektronis harus terus didorong.

Sebaliknya, secara struktural juga harus mampu merancang grand strategi dalam skenario ‘perang gagasan’ di medan ‘ tempur’ artikel ilmiah internasional. Institusi yang berkompeten dibidang ini seperti Kementerian RISTEKDIKTI, LIPI, PTN dan PTS, Asosiasi dan komunitas peneliti, dosen, mahasiswa dan entitas akademis khususnya harus segera mengkonsolidasikan kekuatan dan segenap potensinya agar bisa membangun sinergi demi percepatan daya saing jurnal Indonesia dilevel dunia. Demikian pandangan Deni Darmawan. (dd98).

Discover more from FISIP UNTAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading