FISIP UNTAN- Keynote Speaker yang kedua dalam acara Konferensi Nasional dan Kongres II APSI adalah Drs. Alexander Rombonang, MMA selaku Asisten I Sekda Provinsi Kalimantan Barat. Dikatakan oleh beliau bahwa pembangunan sosial adalah bahasan yang kadang populer dan kadang terlupakan.

Ada pemandangan yang dilematis ketika pembangunan ekonomi lebih diminati dibandingkan pembangunan sosial. Pembangunan ekonomi dianggap cepat dan nampak terlihat hasilnya. Sebaliknya pembangunan sosial dianggap rumit dan hasilnya jangka panjang baru terasa. Pulau Kalimantan memiliki potensi alam yang begitu luar biasa.

Namun sangat problematis ketika mengetahui banyak kerusakan alam yang terjadi.
Kawasan di luar hutan lindung telah banyak menjadi PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Sungai Kapuas telah tercemar oleh mercury diatas ambang batas. Padahal telah diketahui bersama bahwa masyarakat Kalimantan banyak yang bergantung dari air sungai.

Drs. Alexander Rombonang, MMA senada dengan penjelasan sebelumnya oleh Prof. Dr. Ir. Sigit Hardwinarto, M.Agr. bahwa arah pembangunan di masa lalu terlalu berkonsentrasi di bidang ekonomi. Ditambah kenyataan bahwa pembangunan lebih banyak dinikmati Jawa. Terutama Jakarta sebagai lumbung pundi-pundi pajak dan tempat berkumpulnya kantor-kantor perusahaan besar.

Dalam dinamika pembangunan, daerah-daerah mulai menuntut bahwa sumber daya harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Artinya perlu perubahan kebijakan pembangunan secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi harus berjalan seimbang dengan pembangunan sosial.

Masalah besar bisa terjadi ketika ada ambisi untuk memanfaatkan sumber daya alam secara boros atau eksploitasi karena mengejar percepatan pembangunan. Namun setelah 10 sampai 15 tahun kemudian, daerah tersebut bisa jatuh drastis karena bencana alam. Banyak pihak yang bernafsu untuk menguasai lahan di Kalimantan. Membuka lahan dengan pengorbanan seminimal mungkin sehingga yang terjadi lagi-lagi perusakan alam.

Kebakaran hutan selama ini sering dianggap karena masyarakat lokal Kalimantan melakukan ladang berpindah. Anggapan yang tidak sepenuhnya benar. Masyarakat Kalimantan yang berladang (Uma) memiliki kearifan lokal dalam bertani termasuk dalam membakar lahan. Ada kearifan lokal untuk tetap melestarikan lingkungan. Biasanya dilakukan di lahan yang tidak terlalu luas. Sedangkan perusahaan biasanya lahan yang digunakan ribuan hektar malah sering lepas dari pengawasan.

Drs. Alexander Rombonang, MMA, seperti memahami betul persoalan pembangunan di Kalimantan Barat. Angka lama sekolah masyarakat Kalimantan Barat adalah 7,5 tahun – 8 tahun. Artinya banyak penduduk yang hanya tamat SD. Penduduk di Kalimantan Barat juga banyak yang terpencar bahkan ada 1 kampung yang berisi 20 warga sehingga biaya pembangunan infrastruktur lebih tinggi. Pembangunan infrastruktur juga penting untuk mendukung pembangunan sosial. Akses jalan yang sulit dan minimnya fasilitas publik bisa menghambat pembangunan sosial.

(agus y)

Discover more from FISIP UNTAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading