JAKARTA – Tidak diragukan lagi bahwa masyarakat didunia menyadari akan pentingnya ‘standar’ dalam era globalisasi ini. Tidak dapat dibayangkan apabila ‘dunia’ berkembang, tanpa standar yang jelas.

Seiring dengan pergerakan dunia menuju ‘ekonomi global’ yang terpacu dengan perubahan teknologi yang sangat cepat, masalah standar menjadi isu yang sangat strategis. Selain itu, persaingan antar negara, terutama dalam penentuan daya saing bangsa semakin ketat. Oleh sebab itu, ‘standar’ merupakan sarana untuk membangun daya saing bangsa. Lebih lagi, ‘standar’ dapat digunakan untuk menjadi ‘pertahanan’ suatu bangsa dari serbuan produk luar negeri.

Memperingati Hari Standar Dunia dan Bulan Mutu Nasional tahun 2016, Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyelenggarakan berbagai kegiatan, yang melibatkan pemangku kepentingan standardisasi dan penilaian kesesuaian di seluruh Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain adalah (i) Sosialisasi SNI ISO 31000 Manajemen Risiko untuk Sektor Publik, (ii) Seminar Penerapan SNI ISO/IEC 17024 untuk Daya Saing SDM, (iii) Workshop Pemahaman SNI ISO 15189:2012, (iv) Workshop Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008. Puncak acara peringatan ‘Hari Standar Dunia dan Bulan Mutu Nasional’ dilaksanakan pada tanggal 16 November 2016 di Auditorium, Gedung II BPPT Jakarta. ‘World Standard Day 2016’ mengusung tema ‘Standard Build Trust’. Tema ini digunakan juga untuk memperingati Bulan Mutu Nasional 2016.

Acuan standar di Indonesia yang ditetapkan melalui Standar Nasional Indonesia (SNI), berperan penting mendorong daya saing produk nasional, dalam rangka penguasaan pasar domestik dan Internasional. Di samping itu, SNI juga untuk melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar dan mutu rendah dari luar. Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN sejak 1 Januari 2016, oleh sebab itu, produk barang maupun jasa domestik harus dapat memenuhi standar dan mutu Internasional, agar tidak tergerus produk impor.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan ‘Di era perdagangan bebas ini, kita tidak boleh membuat pembatasan impor dengan meninggikan bea masuk. Oleh sebab itu ‘Standar’ dapat digunakan sebagai ‘penyeleksi’ atau ‘penghalang’ barang masuk, dalam bentuk ‘bukan bea masuk’ atau ‘non-tariff barrier’.

Selanjutnya, Menteri Nasir mengatakan bahwa ‘Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penerapan standar tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Pemerintah harus mendorong pemahaman sistem mutu baik bagi pelaku usaha maupun konsumen. Saya sangat mendukung BSN dalam memasyarakatkan SNI’, ujar Menteri Nasir di Gedung II BPPT, Rabu 16 November 2016.

Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2007, sebelum bergabung dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi di tahun 2014, bekerjasama dengan BSN dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah memulai kegiatan ‘standardisasi’ berdasarkan kebutuhan standar di bidang penanganan bencana alam yang maha dahsyat, pada saat terjadi bencana Tsunami di Aceh. ‘Seharusnya Indonesia dapat menjadi pencetus standar penanggulangan bencana karena sangat rawan terhadap bencana. Indonesia memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Oleh sebab itu saya sangat mendukung penyelenggaraan acara Seminar Nasional dengan judul “Penerapan SNI ISO 31000 Manajemen Resiko Sebagai Upaya Membangun Kepercayaan Publik”, imbuh Menristekdikti.

Dalam dunia usaha, tentu resiko tidak hanya ditimbulkan oleh bencana alam saja, namun oleh berbagai macam hal. Resiko selalu membayangi semua organisasi. Resiko, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian akan berpengaruh terhadap organisasi dalam hal ekonomi, reputasi, lingkungan hidup, keselamatan dan dampak sosial. Oleh sebab itu pengelolaan resiko harus dilaksanakan oleh semua organisasi agar dapat berkinerja tinggi, di tengah situasi yang sangat dinamis saat ini.

‘ISO 31000:2009’ memberikan prinsip dasar dan pedoman dalam pengelolaan resiko. Pedoman ini dapat digunakan oleh semua jenis organisasi besar maupun kecil yang bergerak di bidang apapun. ISO 31000 dapat membantu organisasi mengenali kesempatan dan ancaman serta pengalokasian sumber daya untuk menanggulangi resiko. Oleh karena itu, penerapan ISO 31000 harus digalakkan.

Adapun beberapa acara yang diselenggarakan BSN guna mendukung penerapan standar, diantaranya (i) Seminar Nasional Manajemen Risiko, (ii) Forum Pendidikan Standardisasi (FORSTAN), (iii) ISO Training For New Work Item Proposal (NWIP), (iv) Pelatihan Manajemen Risiko berbasis SNI ISO 31000, JISC/BSN Workshop on Inter-operability Card Standardization, (v) Workshop Skema Penilaian SNI ISO/IEC 17065:2012, serta BaliERM2016 International Conference on Enterprise Risk Management. Bulan Mutu Nasional telah dijadikan momentum untuk melakukan berbagai kegiatan konsolidasi dan pemutakhiran informasi yang terkait dengan penguatan infrastruktur mutu (standardisasi, akreditasi, sertifikasi, inspeksi, dan lain-lain).

Pada kesempatan ini juga dilaksanakan penandatanganan MOU oleh Menteri Dalam Negeri bersama Kepala BSN, Kepala BSN bersama Gubernur Sumatera Selatan dan Bupati Sumedang, Kepala BSN bersama Rektor Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Pancasila.

Selain itu juga dilaksanakan, penyerahan sertifikat akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN), penyerahan penghargaan komite teknis perumusan SNI terbaik “Herudi Technical Committee award (HTCA) 2016” dan penganugerahan SNI award 2016. Di samping itu, BSN juga menganugerahi penghargaan kepada 40 pelaku usaha di berbagai bidang yang konsisten dalam menerapkan SNI.

Discover more from FISIP UNTAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading