SEMARANG – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir ungkapkan Pancasila haruslah tetap tertanam dalam hati yang suci dan diamalkan dalam perbuatan kita, sebab Pancasila adalah semangat dan jiwa perjuangan para pejuang kemerdekaan yang telah menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Hal itu diungkapkan Nasir saat menjadi pembina upacara dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila di kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, senin, (3/10).

“Sudah sepatutnya kita jadikan momen Kesaktian Pancasila ini bukan hanya sebagai seremonial semata, melainkan harus bisa dimaknai sebagai komitmen kita untuk terus berkarya dan bekerja keras, mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran demi kemajuan, kesejahteraan bangsa, negara, serta rakyat Indonesia tercinta,” ujarnya.

Nasir dalam pidatonya jelaskan bahwa Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang pesat di era globalisasi saat ini, telah membawa manusia kepada kemajuan beradaban (modernisasi). Kini manusia mampu mengendalikan alam melalui ilmu pengetahuan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui teknologi dan inovasi, maka tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada penguasaan ipteknya.

Dampak Globalisasi

Di sisi lain, dampak globalisasi/modernisasi ini juga membawa manusia kepada situasi yang cepat berubah, sehingga pergeseran nilai-nilai tatanan sosial dan budaya dalam masyarakat pun tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini relevan terjadi di Indonesia, persoalan karakter bangsa yang semakin melemah telah menjadi ganguan dan ganjalan dalam pembangunan bangsa di berbagai bidang.

“Bung Karno semasa beliau menjadi presiden Republik Indonesia selalu mempidatokan tentang pentingnya pembangunan karakter (character building). Character building seperti yang dikatakan Bung Karno, bahwa nilai-nilai Pancasila dan Nasionalisme harus terus dibangun dan diwariskan pada generasi selanjutnya,” jelasnya.

Oleh karenanya lanjut Nasir, kita sebagai segenap komponen pembangun bangsa, merasa perlu memberi perhatian yang besar agar pendidikan nasional, khususnya pendidikan tinggi yang dijalankan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, tidak hanya menghasilkan lulusan dengan kemampuan Iptek yang terampil dan unggul, tetapi juga menghasilkan lulusan yang memahami permasalahan Indonesia seutuhnya, agar dapat memberikan sumbangsih yang berharga bagi kesejahteraan bangsa.

“Lulusan yang bermoral tinggi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, toleran, berjiwa bela negara, selalu menjaga nilai-nilai luhur Pancasila, cinta tanah air, yang memahami kewajiban dan segala tindakan yang dilakukannya dapat memberikan dampak kepada masyarakat amat diperlukan, karena kita semua tahu bahwa manusia yang berpengetahuan, bukanlah jaminan untuk dapat berperilaku baik,” tegas Nasir.

Dalam akhir sambutannya Nasir berpesan bahwa masyarakat, terutama masyarakat iptek dan pendidikan tinggi untuk selalu menjunjung dan menanamkan nilai Pancasila dalam sendi kehidupan.

“Saya mengajak semua pihak, baik insan pendidikan tinggi, perguruan tinggi, maupun seluruh instansi di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, untuk terus berkomitmen dan bekerja secara nyata dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, termasuk 3 (tiga) pilar kebangsaan lainnya UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dalam mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, serta bangsa yang berdaya-saing, melalui peningkatan mutu pendidikan tinggi, kualitas dan efektivitas riset, dan teknologi,” tutupnya. (DZI)

Discover more from FISIP UNTAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading